Minggu, 24 April 2011

Tarian Pertama Jemariku

Entah apa yang ada dalam pikiran gua saat itu sampe gua memasukkan Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Sriwijaya kedalam salah satu pilihan jurusan pada pendaftaran SNMPTN saat itu. Meski mungkin itu hanya keisengan semata dan merupakan pilihan ketiga dari tiga pilihan gua saat itu, justru Fak. Hukum Universitas Sriwijaya (UNSRI) inilah yang akhirnya menerima gua sebagai mahasiswa baru mereka. Misi utama untuk bisa diterima di Fak. Hukum tercapai, begitu juga dengan misi sampingan yang merupakan cita-cita dari kedua orangtua gua, masuk Univ. Negri. Dulu, gak ada bayangan sama sekali gua bakalan meninggalkan pulau yang gua diami selama 17 tahun terakhir, Jawa, menuju pulau leluhur keluarga gua, Sumatera, untuk melanjutkan pendidikan gua ke jenjang perkuliahan. Tapi, sekarang inilah yang ada. Udah hampir setahun gua menetap di ibukota provinsi penghasil batubara terbesar se-Indonesia, Palembang (Sumatera Selatan). Awalnya, banyak keluhan yang gua rasain disini, mulai dari kotanya yang gak sebesar kota yang gua tinggalin dulu di jawa sana, udara panasnya yang parah melebihi DKI, sampe jalur PP gua ke kampus yang cuma satu dan itu juga jalur mudik yang sempit yang dipenuhi oleh lalu-lalang truk-truk yang kalo disitu ada kecelakaan atau ada yang mogok, pasti menyebabkan kemacetan yang parah dan panjang.
Tapi itu semua cuma awalnya, butuh waktu 9 bulan lebih untuk bisa membiasakan diri dengan kehidupan disini. Alhamdulillahnya nih, disini banyak remaja-remaja tanggung (temen-temen kampus gua) yang bisa berpikiran dewasa dan menerima gua apa adanya untuk membukakan mata gua di tanah 'perantauan' ini. Dan juga disini, gua lebih bisa membuka mata akan kehidupan kerasnya dunia yang sebenarnya. Sampe akhirnya gua sadar, jalan masih panjang, terjal, berkelok, dan penuh rintangan yang lebih dari sekarang ini untuk mencapai cita-cita gua untuk bisa masuk ke pemerintahan Republik ini untuk memperbaiki Bangsa yang udah mulai diambang keterpurukan meskipun sebenarnya, walaupun banyak yang 'menyimpang', pemerintah kita juga berupaya agar setidaknya, kalaupun Republik ini borok di dalam, tapi Luar Biasa Dahsyat di mata dunia Internasional.
Jadi, berpikirlah lebih dewasa dan buka mata, hati, dan pikiran (iklan kali ah) demi cita-cita gua, yang ga tau bisa nyampe apa engganya itu, ke depannya. Harapan gua sih, kalo bisa, jadi salah satu bagian dari KPK, Deplu, KY, atau jadi Menteri Profesional (independen), tanpa harus jadi bagian dari Partai Politik (parpol).
Jujur, gua paling benci dengan yang namanya politik, meskipun nantinya juga akan terjun didunia sana, karena politik di Indonesia masih kotor dan sarat akan mempertahankan kepentingan golongannya ketimbang kepentingan negara dan rakyat yang mereka wakilkan secara keseluruhan.
Parlemen kitapun masih belum dewasa, masih mencari jatidirinya, dimana mereka masih senang untuk menghamburkan uang negara dengan kegiatan yang tidak perlu demi menyenangkan dirinya sendiri seperti Studi Banding ke Luar Negeri yang tidak terlalu beguna untuk RUU yang sedang mereka gagas, dan yang teranyar adalah pembangunan gedung super mewah yang oleh banyak kalangan ditentang dengan tegasnya.
66 tahun merdeka ternyata belum cukup bagi bangsa ini untuk mencari jatidirinya sebagai bangsa yang besar, bangsa yang sebenarnya jika pengelolaannya baik dan terbuka serta merangkul semua kepentingan lapisan masyarakatnya, bisa menjadi raksasa minimal menguasai pasar Asia.
5 tahun, kasih gua 5 tahun dari sejak pendaftaran gua di universitas negeri ini untuk mengejar titel S.H. untuk melangkah ke langkah berikutnya dalam mendapatkan cita-cita gua yang sebenarnya juga cita-cita para Bapak Pendiri Bangsa.
Membuat Indonesia menjadi bangsa yang mempunyai harga diri, bangsa yang tidak sia-sia perjuangan para pahlawan dan rakyatnya untuk membuat bangsa ini merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your word here